Academic Touring: Potensi Ekowisata dan Eduwisata di Ujung Barat Sekotong*
Kamis, 13 Agustus 2020 Tim dari Fakultas Ekonomi Islam (FEI) melakukan perjalanan (academic touring) menuju kecamatan Sekotong Lombok Barat. Academic Touring tersebut merupakan salah satu agenda Riset dan Pengabdian Masyarakat. Dimana berdasarkan hasil observasi, Kecamatan Sekotong adalah salah satu kawasan strategis di wilayah Lombok Barat.
Semenanjung Sekotong (Sekotong peninsula) memiliki potensi geografis dan ekologis yang begitu luar biasa, given from god. Kawasan ini memiliki banyak perbukitan, bentang pantainya yang panjang, dan deretan gili-gili yang indah nan menakjubkan. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir Sekotong dihebohkan dengan mulai ditemukannya emas di beberapa perbukitan. Kawasan di atas dan bawah bukit juga merupakan area perkebunan yang dipenuhi beragam kekayaan hayati, mulai dari pohon kelapa, mente, pisang, maupun berbagai jenis tanaman lainnya tumbuh dengan subur. Kekeayaan alam sekotong tidak bisa dideskripsikan dalam artikel singkat ini. Namun penting untuk diungkap bahwa Sekotong merupakan kawasan potensial dan strategis untuk pengembangan pariwisata. Sebagaimana halnya Kabupaten Lombok Barat yang memang banyak memiliki daerah pariwisata. Seperti kawasan Senggigi, Narmada, Lingsar, Banyumulek dan lainnya.
Perjalanan Tim FEI ke Sekotong dimulai dari Desa Cendimanik, berlanjut ke Sekotong Tengah, Tawun, Pelangan, hingga ujung Desa Batu Putih. Di Desa Cendimanik Tim FEI disambut dengan penuh ramah tamah dan kekeluargaan. Diskusi tim dengan Kepala Desa dan perangkat desa lainnya, BPD, maupun para Kadus terasa hangat dengan mengungkap potensi-potensi desa, kondisi keagamaan, sosial, ekonomi, hingga masalah pendidikan. Pada desa tujuan selanjutnya tim bertemu dengan kepala desa dan sekertaris desa untuk menyampaikan pandanga-pandangan kami tentang potensi desa masing-masing sekaligus membangun komunikasi, bersinergi dan berkolaborasi dengan desa untuk turut berperan dan memberi andil dalam pengembangan masyarakat terutama pada ranah pendidikan.
Perjalanan tim berakhir hingga di ujung barat Desa Batu Putih, tepatnya di Tibu Kuning. Tim FEI bertemu dengan sosok pria supel, tokoh masyarakat di desa itu. Munajah, pak Mun begitu beliau memperkenalkan dirinya dengan penampilan sederhananya. Begitu tiba di kediaman beliau, tim merasakan suasana yang berbeda. Iya…. Yang berbeda adalah suasananya yang adem, asri dan alami. Pandangan mata tim FEI begitu liar tertuju pada sekitar halaman rumah beliau yang ditumbuhi dengan berbagai jenis tanaman. Ada sekitar 300 tanaman obat, sambut beliau. Masyallah, ternyata bapak Munajah mengembangkan apotik hidup (zontanó farmakeío: Yunani). Kekaguman tim tidak berhenti sampai disitu, ternyata setelah diajak mengelilingi ke belakang dan samping rumah beliau, ternyata lahan pengembangan tanamannya cukup luas, sekitar 1 hektar. selanjutnya kami pun diajak memanen madu trigona yang rasanya asam manis, dan memiliki banyak khasiat untuk kesehatan tubuh.
Dari perjalanan akademik (academic touring) Fakultas Ekonomi Islam yang memakan waktu hampir 10 jam tersebut, tim FEI mendapatkan banyak informasi penting dan pelajaran berharga. Sumber Daya Alam yang dianugerahkan Allah swt di bumi pertiwi ini begitu kaya, sehingga tidak salah jika banyak pelancong internasional menyebut Lombok sebagai the hidden paradise dan the virgin island. Anugerah kekayaan alam ini patut disyukuri oleh masyarakat Sekotong dan NTB. Perwujudan syukur itu hendaknya dimanifestasikan oleh masyarakat untuk mampu mengelola potensi SDA tersebut dengan baik sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi alam di kawasan Sekotong, mulai dari wisata pantai, wisata mangrove, hingga ke wisata desa, dan garden. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh bapak Munajah. Botanical garden tersebut tentu memiliki nilai ekonomis, dimana dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata dengan mengusung konsep ekowisata maupun eduwisata. Ekowisata merupakan pengelolaan destinasi wisata dengan prinsip pelestarian lingkungan yang berkelanjutan (sustainable development). Begitu pula pada konsep eduwisata terdapat prinsip pembelajaran dan pengembangan pengetahuan melalui alam dengan keanekaragaman jenis tanaman yang bermanfaat bagi manusia, baik dari sisi kesehatan, lingkungan, ekonomi dan lainnya.
Pada aspek pengembangan ekonomi, peluang itu cukup banyak. Mulai dari bisnis pariwisata dengan konsep ekowisata dan eduwisata hingga peluang pengembangan produksi berbagai kebutuhan bidang makanan dan kesehatan dengan menyediakan bahan baku atau untuk tujuan konsumsi. Model pengembangan yang senafas dengan prinsip-prinsip ekonomi islam tentu akan mampu mengarahkan dan mengontrol kegiatan eksplorasi alam secara seimbang sebagaimana tujuan maqashid syariah.
*(Antoni/FEI-IAINH)